Chapter Ekstra 2
‘Monster’ dari Hutan Iblis 2
Belakangan
ini, sebuah pasangan aneh terlihat di hutan magis Renalute.
Konon,
seekor monster kuat, Shadow Cougar, yang biasanya hidup menyendiri dan tidak
pernah membentuk kelompok, tiba-tiba terlihat berpasangan dengan monster
terlemah, yaitu Slime.
Bahkan
dari kejauhan, kedekatan mereka membuat munculnya rumor bahwa keduanya mungkin
adalah pasangan atau bahkan suami istri.
Para
petualang yang penasaran diam-diam mulai berdatangan untuk melihat mereka,
membuat pasangan itu cukup populer.
Namun,
seperti yang sering terjadi di dunia ini, selalu ada pihak yang melihat
keberadaan langka semacam itu sebagai potensi tontonan atau komoditas untuk
meraup keuntungan.
Sudah
beberapa waktu sejak Shadow Cougar (si kucing besar) dan Slime mulai hidup
bersama.
Awalnya,
mereka tinggal jauh di dalam hutan, tetapi si kucing besar yang khawatir akan
keselamatan Slime memutuskan untuk pindah.
Kini
mereka tinggal di bagian hutan yang lebih dangkal di sisi Renalute, di mana
ancaman dari luar relatif lebih lemah.
Awalnya,
kucing besar hanya menganggap Slime sebagai Slime aneh, tetapi seiring
berjalannya waktu, persepsinya berubah. Suatu hari, berkat sihir Slime, mereka bisa saling berkomunikasi lewat
transmisi pikiran.
Sejak saat
itu, kucing besar mulai memperlakukannya dengan jauh lebih hati-hati,
menganggap Slime sebagai Slime yang sangat istimewa.
Melalui
percakapan mereka, si kucing besar dan Slime makin akrab.
Suatu hari,
Slime dan kucing besar melihat sepasang Shadow Cougar lain.
Mungkin
karena terinspirasi oleh pemandangan itu, Slime mulai sangat berharap bisa
memiliki wujud yang sama seperti kucing besar, dan sering mengeluh kecil,
"Ah… andai aku bisa terlihat seperti kamu, kucing besar…"
Si kucing
besar berpikir itu mustahil, namun menjawab setengah bercanda dengan senyum
malu, "Itu pasti bagus. Kalau kamu ternyata imut, mungkin akan kujadikan
kamu istriku."
Bagi si
kucing besar, kemampuan Slime berkomunikasi lewat pikiran saja sudah merupakan
sihir luar biasa.
Membayangkan
Slime bisa mengambil bentuk yang sama dengannya hanyalah angan-angan. Tetapi Slime yang mendengar
kata-katanya langsung melompat kegirangan.
"Benarkah…?
Kalau aku benar-benar bisa mengambil bentuk yang sama seperti kamu, apa kamu
akan menjadikanku istrimu… pasanganmu?"
Kaget
oleh antusiasme yang tak terduga itu, kucing besar menoleh ke arah lain sambil
berdeham.
"Y-ya.
Aku adalah kucing yang menepati kata."
"Baik…
itu janji, ya!!"
Beberapa
waktu setelah percakapan dan janji itu, suatu hari ketika kucing besar pulang
dari berburu, ia melihat Slime tampak sangat gembira, mengatakan ada sesuatu
yang ingin ia tunjukkan.
"Lihat
ini…!!"
Si
kucing besar yang tidak mengerti apa maksud Slime hanya memiringkan kepala,
bertanya-tanya apa yang hendak dilakukannya.
Tiba-tiba, tubuh Slime mulai berubah. Bentuknya bergeser seperti tanah
liat yang sedang diuleni. Setelah bentuk itu mantap, warna muncul, lalu bulu
mulai tumbuh.
Ketika
transformasi selesai, Slime telah mengambil wujud Shadow Cougar putih bersih.
"Hei,
bagaimana menurutmu? Karena
kamu berwarna hitam, aku memutuskan memakai warna putih…"
Ekspresi
Slime biasanya tidak terbaca, tetapi kini, sebagai Shadow Cougar putih, ia
menunjukkan banyak ekspresi—bersemu merah, malu, dan gelisah.
Si kucing
besar sampai melotot karena terkejut dan hanya mampu menjawab terbata-bata.
"…Bagus."
"Hah…?"
Slime tak
menangkap kata-katanya dan tampak bingung. Kucing besar yang tersadar buru-buru
melanjutkan.
"Ah,
maksudku…! Ya, kamu terlihat… sangat… imut."
Mendengar
itu, Slime pun berseri-seri bahagia.
"Benarkah?!
Kalau begitu… kamu ingat kan, janji kita waktu itu…?"
"J-janji…"
Slime yang
wajahnya merah padam mendekat, menatap kucing besar dengan mata memohon yang
menggemaskan. Si kucing besar panik, berusaha mengingat.
Lalu ia
teringat, bahwa ia memang berjanji menjadikan Slime pasangan—istrinya—jika
Slime bisa berubah wujud.
"Kamu
tidak ingat…?"
Karena
tidak langsung menjawab, Slime menunduk sedih. Panik melihat reaksinya, si
kucing besar buru-buru angkat suara.
"T-tidak,
aku ingat! Aku bilang kalau kamu bisa berubah, aku akan m-menjadikanmu
p-pasanganku… istriku, benar?"
"Ya…
tapi mungkin… tidak jadi juga tidak apa-apa."
Slime tetap
menunduk, tampak kecewa. Si kucing besar pun benar-benar memperhatikannya.
Meskipun itu
hanyalah wujud hasil transformasi, Shadow Cougar putih di hadapannya
benar-benar cantik dan anggun. Lebih dari itu, ia ingin menghargai usaha dan
perasaan Slime.
Selain
itu, si kucing besar memang berniat melindungi Slime dan selalu berada di
sisinya.
Namun
karena spesies dan penampilan mereka berbeda jauh, ia selalu mengira mereka
hanya bisa menjadi teman, meski bisa berkomunikasi lewat sihir. Kini ia merenungkan perasaannya
sendiri.
(Apa
pentingnya spesies dan penampilan? Aku tertarik padanya. Itu saja sudah cukup.)
Dengan
pemikiran itu, si kucing besar menatap Slime dengan serius.
"Baiklah.
Slime… maukah kamu menjadi pasanganku, istriku?"
Terkejut
mendengar kata-kata itu, Slime mendongak dengan mata berair dan bertanya lagi.
"Apa
benar tidak apa-apa…? Maksudku,
aku sendiri yang bilang begitu, tapi aku tetap Slime. Kamu benar-benar tidak
keberatan?"
"Ya.
Aku adalah kucing yang menepati kata. Dan seharusnya aku mengatakan ini lebih
awal. Slime… apa pun bentukmu, mulai sekarang, kamu akan selalu menjadi
pasanganku. Tidak apa-apa begitu?"
"…!!
Iya, iya!! Aku mencintaimu, kucing besar!"
Dan
beginilah, pasangan aneh antara kucing besar dan Slime lahir secara diam-diam
di hutan magis.
Beberapa
waktu berlalu sejak keduanya mulai hidup sebagai pasangan.
Kehidupan
mereka sangat damai. Si kucing besar berburu, sementara Slime membersihkan
sarang. Terkadang mereka berjalan-jalan di hutan dekat sana, atau kucing besar
mengajari Slime teknik bertahan diri.
Namun,
belakangan ini, si kucing besar merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan di
hutan. Manusia-manusia berpenampilan kasar sering muncul di sekitar area tempat
ia dan Slime tinggal.
Bagi
kucing besar yang tinggal di hutan magis, manusia bukanlah lawan yang
menakutkan.
Jika
diserang, ia bisa dengan mudah menghabisi mereka, tapi para manusia itu tampak
mengetahui betapa kuatnya dia dan jarang mencoba sesuatu.
Namun,
kucing besar tahu bahwa kecerdikan manusia adalah hal paling berbahaya. Karena
itu ia selalu waspada. Hal-hal yang tidak berharga bagi monster bisa saja
bernilai bagi manusia, jadi tidak boleh lengah.
Dari sudut
pandang monster, manusia sangatlah tamak. Itulah mengapa kucing besar mengajari Slime sedikit
cara melarikan diri dan bertarung.
Suatu
hari, seperti biasa, si kucing besar akan pergi berburu.
"Baik,
aku pergi dulu. Hati-hati pada manusia, ya?"
"Ya, aku
mengerti."
Slime
biasanya tetap dalam wujud Shadow Cougar putih. Bahkan di bagian hutan yang
dangkal, banyak monster yang bisa menyerang Slime jika ia menampakkan wujud
aslinya. Karena itu, Slime selalu berubah.
Kucing besar
dan Slime saling mendekatkan wajah mereka, menggesekkan pipi.
Setelah itu
kucing besar meninggalkan sarang mereka, membesarkan tubuhnya untuk bersiap
bertarung, lalu berlari menuju bagian hutan yang lebih dalam. Slime yang
tertinggal mulai membersihkan sarang.
Tak lama
setelah Slime mulai membersihkan, terdengar suara langkah di luar sarang. Apa
kucing besar sudah kembali? Tapi tidak ada suara, dan keberadaannya terasa
berbeda. Saat Slime mencoba mengintip ke luar sambil mengeluarkan kepala dari
sarang—
Sesuatu
mencengkeram tengkuknya dan menariknya keluar.
(Ah!?)
Slime
terkejut, melihat sekeliling. Ada tiga manusia berpenampilan kasar: satu kecil,
satu kurus, dan satu berotot besar. Ketiganya menyeringai jahat melihat Slime
yang tertangkap. Melihat ekspresi itu, tubuh Slime langsung gemetar ketakutan.
Ia berusaha mengubah bentuk dan lolos dari pegangan si pria kecil, tetapi
manusia kurus itu menangkapnya sangat cepat, lalu memasukkannya ke dalam kotak
transparan.
Tawa
mengejek mereka bergema di hutan. Slime, ketakutan, berbisik dalam hati.
(Tolong… Kucing Besar…)
Di tengah perjalanan pulang sambil
membawa mangsa, kucing besar tiba-tiba mendengarnya.
"…!? Itu… suara Slime barusan?
Tidak mungkin…!!"
Menjatuhkan mangsanya, kucing besar
berlari secepat kilat menuju sarang tempat Slime menunggunya.
Namun, ketika tiba, Slime sudah tidak
ada, dan yang tersisa hanya jejak kaki manusia.
Si kucing besar meraung marah, suaranya
menggema di seluruh hutan. Mengikuti jejak aroma manusia, ia mengejar penculik
istri tercintanya itu.
Sementara itu, mendengar raungan itu
dari kejauhan, para penculik menunjukkan ekspresi terkejut.
Tapi segera, senyum jahat terpampang di
wajah mereka, dan mereka sengaja meletakkan kotak berisi Slime di tanah,
menunggu konfrontasi dengan kucing besar.
Kucing besar yang mengejar, merasa
jejak aroma berhenti bergerak, lalu meningkatkan kecepatan sambil tetap
waspada.
Ketika ia mendekat ke sumber aroma, ia
merendahkan tubuh dan bergerak perlahan, mencari celah untuk mengintip.
Para manusia itu berada di tempat yang
agak terbuka tanpa tempat bersembunyi, dan Slime berada dalam kotak transparan.
Melihat itu, amarah kucing besar memuncak.
Namun, ia tidak kehilangan
ketenangannya dan mengawasi ketiganya dengan saksama.
Kecil, besar, kurus—ia harus
menumbangkan yang kecil dulu, lalu si kurus, terakhir si besar.
Setelah menentukan taktik, kucing besar
menatap mereka dengan tatapan pemburu yang tak pernah ia tunjukkan pada Slime.
Tak lama kemudian, saat pria kecil itu
menguap, si kucing besar bergerak. Dalam sekejap, ia melompat dan menubruk pria
kecil itu hingga terpental.
Teriakan
kesakitan "Gyaaah!?" pun terdengar. Kucing besar segera mengawasi sekitar dengan ekspresi
buas dan meraung marah.
Para
manusia sempat gentar sesaat, tapi lalu menyerang kucing besar.
Si
kurus dan si besar lebih gesit dari dugaan, tetapi tetap tidak sebanding.
Saat
kucing besar menekan mereka dan hendak memberikan pukulan terakhir, suara pria
kecil terdengar.
"Hei!!
Dasar kucing sialan, lihat ini!!"
"…!?"
Saat
kucing besar menoleh, ia melihat pria kecil itu menusukkan pedang ke kotak
Slime. Lebih buruk lagi, pedang itu mengeluarkan bau yang sangat tidak
menyenangkan. Kucing besar mengenali aroma itu.
Itu
adalah racun dari monster Ular Hijau yang sering ia hadapi. Racun itu tidak
terlalu berbahaya baginya, tetapi akan menjadi racun mematikan bagi Slime.
Ekspresi
kucing besar berubah menjadi amarah dan frustrasi, sementara si pria kecil
menyeringai puas.
"Hehe…
Kamu mengerti, kan? Hei, kalian, lemahin dia. Cukup untuk
memasang kalungnya."
Mendengar
itu, pria kurus dan besar bangkit. Mereka mencoba melemahkan kucing besar
dengan melukainya, tetapi ia tidak bergeming dan terus menatap pria kecil itu
dengan ekspresi iblis.
Akhirnya,
sadar bahwa melemahkannya sulit, mereka memerintahkannya untuk mengecilkan
tubuhnya.
Dengan
Slime sebagai sandera, kucing besar memahami maksud mereka dan mengecil dengan
enggan. Di saat yang sama, mereka memasang semacam kalung padanya.
Kalung
itu tampaknya istimewa—kucing besar tidak lagi bisa menggunakan kekuatan
magisnya dengan bebas. Di tengah tawa ejekan yang bergema, kucing besar
akhirnya ditangkap seperti Slime. Dalam situasi itu, Slime berkata dengan suara
bergetar.
"Kucing
Besar… maaf… gara-gara aku…"
"Tidak…
selama kamu aman, itu yang terpenting… Selain itu, pasti akan ada kesempatan
untuk melarikan diri. Jangan khawatir, aku akan
melindungimu."
Kucing besar berkata lembut untuk
menenangkan istrinya, Slime. Para manusia tentu saja tidak memahami percakapan mereka.
Keduanya
kemudian dibawa ke mansion bangsawan Marein-Condroy, yang terkenal buruk bahkan
di Renalute.
Dan kelak,
keduanya akan bertemu dengan seorang anak manusia dengan kekuatan
misterius—tapi itu adalah kisah lain…


Post a Comment