Prolog
Kerajaan Renalute adalah negara tetangga Kekaisaran
Magnolia, yang berbatasan langsung dengan Wilayah Baldia. Farah Renalute, Putri
Pertama negara tersebut.
Malam itu, beberapa hari setelah pertemuan untuk
pernikahannya denganku selesai dan aku kembali ke rumahku di Wilayah Baldia.
Setelah kembali ke kamarku dari kamar mandi, aku mengganti
pakaian tidur dan meregangkan tubuh, "Uuh—...mm." Lalu, aku berbaring
telentang di tempat tidur, menatap langit-langit dengan tatapan kosong.
"...Aku sudah merindukan onsen (pemandian air
panas) Renalute, nih."
Sayangnya, tidak ada onsen di Wilayah Baldia. Jadi,
aku harus menghadapi kenyataan pahit bahwa aku hanya bisa tenggelam dalam
kenangan... hanya tentang onsen saja. Ngomong-ngomong, kamar mandi di
rumah kami adalah tempat berendam yang diisi dengan air panas.
Sisi baiknya, jika aku meminta Garun atau Diana untuk
memindahkan bak mandinya, aku bisa mandi di mana pun aku suka, seperti di
kamarku sendiri. Aku belum pernah memintanya, sih. Tetapi, Ibu, yang tidak bisa
meninggalkan kamarnya karena sakit, sering menggunakannya.
Tapi, secara keseluruhan, mandi adalah kemewahan di dunia
ini, jadi aku bersyukur bisa berendam kapan pun aku mau.
Para warga biasa dan para ksatria pada dasarnya mencuci
tubuh mereka menggunakan kain yang dibasahi air hangat. Kadang-kadang aku
melakukan cara itu juga, tapi tentu saja, itu dingin tergantung hari dan
musimnya.
Aku bisa
memastikan bahwa berendam di bak mandi berisi air panas adalah yang paling
nyaman. Namun, meskipun begitu, membandingkan bak mandi di rumah dengan onsen,
wajar jika seseorang lebih memilih onsen yang luas dan lapang.
"Onsen
Renalute adalah pemandian terbuka yang penuh dengan suasana lepas. Selain itu,
makanannya juga lezat dan bernuansa nostalgia..." Aku menutup mata, dan
berbagai hidangan yang disajikan di Wisma Tamu Renalute muncul kembali di
benakku. Kerajaan Renalute ternyata memiliki budaya yang mirip dengan
'Wa' (Jepang). Artinya, negara itu memiliki budaya yang mirip dengan 'Jepang',
dan budaya makanannya juga berpusat pada 'nasi'—hal yang membahagiakan bagi
mantan orang Jepang sepertiku.
Nasi putih, acar, sup miso, ikan bakar, telur onsen, natto,
tahu, rebusan... Semuanya lezat. Air liurku menggenang di mulutku.
Awalnya, di Wisma Tamu disajikan masakan ala Kekaisaran,
tapi aku meminta kepada penanggung jawab wisma, Zack Liberton, "Demi
pengetahuan, saya ingin sekali mencoba hidangan yang biasa kalian santap."
Hasilnya,
disajikanlah makanan yang persis seperti 'Masakan Jepang'. Aku makan dengan
mata berbinar melihat pemandangan itu. Saat itu, kurasa Ayah dan Zack terkejut.
Ngomong-ngomong, mereka semua juga terkejut saat aku dengan santai menggunakan
'sumpit'.
"Ah, benar
juga. Aku harus memikirkan calon makanan khas Wilayah Baldia... Aku benar-benar
melupakannya."
Aku bangkit dari tempat tidur dan memanggil Memory dalam benakku. Lalu, aku duduk di kursi meja dan mulai menuliskan ide-ide di selembar kertas memo.


Post a Comment